Sabtu, 31 Mei 2014

Sampai Matahaeri Tenggelam

       Hidup di tengah keluarga yang tak harmonis membuat Rizal salah jalan. Ketika itu dia masih duduk di bangku SMA. Ibunya selalu gagal dalam membina rumah tangga. Setiap harinya Rizal melihat kekerasan yang dialami ibunya. Rizal memiliki dua adik yang semuanya punya ayah yang berbeda. Terkadang bila malam datang, Rizal naik ke atas atap dan mencurahkan isi hatinya pada bulan. Karena ia tak mau orang lain tahu kesakitan yang dialami batinnya. Dan kini ia tinggal bersama ibu, adik-adiknya dan neneknya yang sudah dalam usia senja.
        Pagi itu seharusnya Rizal pergi ke sekolah. Mungkin dari rumah ia pamit akan pergi ke sekolah. Tapi ia malah pergi, bolos dari sekolah bersama teman-temannya. Tempat yang selalu ia kunjungi jika bolos adalah rumah kecil di tengah hamparan ilalang yang mampu menenggelamkan apa saja yang ada disekitarnya. Rumah itu dibuat Rizal, Andre, Rangga, Faisal, dan Rizki temannya untuk dijadikan basecamp tempat ia main PS, dan bermalas-malasan disana.
         Akhir pekanpun tiba. Seperti biassa Rizal pergi ke basecampnya itu. Dia bisa menghabiskan waktu sehiarian penuh disana tanpa ingat rumahnya.  Tak lama setelah Rizal pergi Dara teman sekelas Rizal datang ke rumahnya untuk memberikan surat panggilan orang tua dari sekolahnya,.
“assalamu’alaikum, bu”  kata Dara dengan ramahnya.
“wa’alaikum salam, Dara ya? Ada apa nak datang kemari? Ayo masuk dulu, Ibu buatkan minuman untukmu.”
“terimakasih bu atas tawarannya, saya hanya mau memberikan ini.” Kata Dara sambil menyodorkan sebuah amplop berisikan surat panggilan orang tua dari sekolahnya.
“apa ini nak?” Tanya IbuRizal sambil menerima amplop itu dengan wajah penasaran.
“ini surat panggilan orang tua dari sekolah, saya disuruh memberikan ini ke ibu.” Kata Dara menjelaskan dengan singkat.
Akhirnya Dara pamit pulang. Ibu Rizal masuk ke rumah dan membuka isi amplop itu, lalu ia baca surat yang ada di dalamnya. Sontak Ibu Rizal kaget karena sudah 2 bulan Rizal tidak masuk sekolah tanpa keterangan, padahal setau ibunya, ia selalu berangkat sekolah dari rumahnya.
Keesokan harinya Rizal dan ibunya pergi ke sekolah. Di sekoalah, wali kelasnya menceritakan semua ulah Rizal. Ibunya hanya terdiam, emosi dan rasa sedih yang ia rasa membuatnya tak mampu bicara. Peraturan adalah peraturan. Dan akhirnya Rizal dikeluarkan dari sekolahnya.
Sesampainya dirumah, Rizal dan ibunya bertengkar hebat. Akhirnya Ibu Rizal memutuskan untuk pergi bersama kedua adiknya. Kini Rizal tinggal bersama neneknya yang sudah diusia senja. Dari kejadian itu Rizal banting tulang sendiri untuk menghidupi dirinya dan neneknya. Sudah lama neneknya sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Begitu cepat musibah yang terjadi padanya.
         Beberapa tahun berlalu, kini ia bekerja sebagai operator di warnet temannya. Dari situlah dia bertemu dengan seorang gadis muda bernama Aira. Mereka dikenalkan oleh teman Aira yang juga tetangganya Rizal. Tak butuh waktu lama, mereka mulai menjalani kisah cinta sederhana, mereka sangat bahagia. Rizal kini menemukan semangat hidup yang baru dan mendapatkan seorang gadis yang dapat menyemangatinya dan selalu ada untuknya.
Pagi itu Aira membawakan makanan ke tempat kerjanya. Mereka tertawa, bercanda, bersenang –senang bersama.
“dorrr” Aira mengagetkan Rizal yang saat itu tengah melamun
“kamu ngagetin aja. Wah bawa apa nih, kayanya enak.”
“iya dong ini nasi goring buatanku. Kamu pasti suka.”
“wah makasih ya sayang.”
“iya sama-sama. Ngomong-ngomong kamu lagi ngelamunin apa sih? Ko murung gitu.”
“hah engga, ga apa-apa ko. Aku makan yah.”
Sebenarnya ada masalah di fikiran Rizal. Sebentar lagi Aira ulang tahun sedangkan ia belum punya rencana apa yang akan ia berikan untuk Aira. Akhirnya ia mendapatkan ide. Ia akan menyiapkan makan malam special bertabur bunga mawar merah. Mawar merah adalah bunga kesukaan Aira.
Tak terasa hari ulang tahun Aira jatuh pada hari ini. Semua persiapan telah selesai. Malampun tiba. Rizal datang ke rumah Aira dengan sepeda motornya.
“ kamu mau ajak aku kemana sih zal? Ko pake tutup mata segala, gelap tau”
“udah deh cerewetnya di stop dulu, aku mau kasih kamu kejutan.”
“iya deh iya.”
Motor maticnya pun di matikan. Mereka turun dari motor. Aira yang sejak tadi ditutup matanya merasa bingung. Sebenarnya kejutan apa yang akan Rizal berikan padanya.
“sekarang buka matamu pelan-pelan”
Aira mulai membuka matanya. Dan alangkah terkejutnya ia melihat dua buah kursi dan satu meja yang ditata rapih, dan ditaburi bunga-bunga indah yang mempercantik tempat itu.
“kamu suka?” Tanya Rizal lembut
“kamu siapin ini semua buat aku?”
“tentu! Kamu suka kan?”
“banget. Makasih yah, ini benar-benar indah.”
“iya sama-sama, udah ah ngapain berdiri disini aku bawa kamu kesini untuk menikmati makanan dan keindahan tempat ini. Ayo kita makan, perutku sudah keroncongan.”
Rizal lari ke tempat itu sambil menggenggam tangan Aira yang masih takjub dengan keindahan tempat itu. Kebahagiaan terasa sangat kental ditempat itu. Rizal dan Aira merencanakan hal indah yang akan mereka lalui bersama.
Tapi takdir berkata lain. Setelah satu tahun menjalin hubungan baru ia tahu ternyata Aira kekasihnya memiliki penyakit yang sangat parah. Aira mengidap penyakit kangker otak stadium 2. Penyakit itu semakin hari semakin mengrogoti tubuh mungilnya. Dokter telah memfonisnya tak akan lama lagi ia dapat bertahan. Tapi beribu usaha tak henti-hentinya dilakukan Rizal dan keluarga Aira. Hingga waktunya tiba. Aira menutup mata di hari jadinya yang ke dua tahun.“nak, yang sabar yah, ikhlaskan kepergian Aira, tuhan telah merencanakan hal indah untuknya dan untukmu. Yang tabah ya nak.” Kata Ibu Aira yang saat itu berada di samping Rizal
“tapi bu, saya sangat mencintai Aira, mengapa semuanya terjadi pada kami? Ini tak adil bu.”
“ini kehendak tuhan nak, mungkin pahit, tapi kita harus menerimanya. Masih banyak yang lebih baik dari Aira, ikhlaskan dia, biarkan dia bahagia disisi-Nya.” Dengan nada lembut Ibu Aira berusaha menenangkan nya.
Beberapa tahun berlalu. Kehidupan Rizal semakin membaik karena ia mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Ibunya yang dahulu meninggalkannya pun kini telah hidup bersamanya lagi. Sampai saat inipun Aira belum tergantikan dihidupnya. Setiap hari minggu pagi. Ia selalu membersihkan makam Aira dan menaburkan bunga mawarmerah kesukaannya semasa hidupnya. Sampai matahari tenggelam, sampai rambutnya memutih, dan sampai ia menutup mata. Ia tetap mencintai Aira untuk selamanya.


Penulis :

Rahmatul Maulida




Tidak ada komentar:

Posting Komentar