Sabtu, 31 Mei 2014

Arti Kehidupan

Sebuah Arti Kehidupan 

      Pagiitu mentari tak malu memancarkan sinarnya. Langit tampak berseri karena tidakada awan hitam yang menghalanginya. Cuaca yang sangat tepat untuk menikmatiakhir pekan ini. Seperti biasa Rendi naik ke atas genting rumahnya, menikmati pagiyang cerah sambil memainkan gitar kesayangannya. Tiba-tiba pandangannya tertujupada seorang gadis yang diam menunduk di taman sebrang rumahnya. Rendipenasaran dengan gadis itu dan akhirnya dia memutuskan untuk menghampirinya.
“Hei, sendirian aja!” kata Rendisemangat.
Gadis itupun menengok, sontak Renditerkejut karena pipi lembut si gadis itu telah dibasahi oleh air matanya,mukanya pucat, matanya membengkak, tak ada senyuman yang terlukis di bibirmerahnya.
“Menangis tak akan menyelesaikan masalah.”Kata Rendi sambil duduk di samping gadis itu.
Sepertinya gadis itu merasa risih dengankehadiran Rendi. Tapi mungkin gadis itu tak mampu beranjak pergi karena memangsaat ini ia membutuhkan seseorang untuk menjadi pendengar yang baik baginya.
“Kenapa harus aku yang mengalami semuaini? Aku capek, aku lelah,” gaadis itu mulai mengungkapkan keluh kesahnyawalaupun air mata tak henti membasahi pipinya.
“Allah maha adil, hidup memang penuhdengan cobaan, percayalah setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya, kamu haruskuat menghadapinya, ini adalah ujian dari Allah, dan itu tandanya allah masihsayang sama kamu.” Kata Rendi mencoba menenangkannya.
“Kamu ga tau apa masalahku dan seberatapa beban yang aku pikul saat ini, jadi mudah saja bagimu untuk berbicara sepertiitu.”
“Makanya aku disini untuk jadi pendengaryang baik untukmu, siapa tahu aku bisa bantu, aku gak gigit ko.” Kata Rendisambil mengeluarkan lelucon garingnya.
        Sejenakdia terdiam dan mengusap air mata yang terus berlinang membasahi pipinya. Iapun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk melihat tanah yang adadibawahnya.
“Saat ini aku hidup ditengah keluargayang sangat serba kekurangan. Ibuku telah lama sakit-sakitan, aku tak mampumembawa ibuku ke rumah sakit, karena aku tak memiliki uang sepeserpun, biayarumah sakit saat ini sangat mahal, dan rasanya aku juga tak mungkin membiarkanibuku terus-terusan menderita seperti ini.” Dengan menahan air mata gadis itumulai menceritakan apa yang ia alami sekarang.
“Lalu kemana ayahmu? Seharusnya ia yangberusaha membiayai semuanya.” Kata Rendi yang mulai terbawa oleh cerita sigadis itu.
“Sejak aku dilahirkan, aku sudah takmengenal ayah. Ibuku bilang, ayahku pergi membawa seluruh harta yang ibu milikidan meninggalkannya, saat itu ibu sedang mengandungku. Makanya aku bingung saatini. Aku tak memiliki pekerjaan, SMP saja aku tak lulus, bagaimana bisa akumendapatkan pekerjaan yang mampu menghidupi keluargaku?”
“Baiklah aku mengerti, saat kamu lelah,jatuh terpuruk di dalam dimensi kehidupan, saat kamu terdampar ditengah keputusasaan. Lihatlah ke sekelilingmu, saat ini banyak sekali orang yang merasakanapa yang kamu rasa bahkan lebih berat dari beban yang kau pikul saat ini.Bersyukurlah karena kamu masih diperbolehkan menikmati rahmat-Nya. Lihatlahpohon kecil itu, semakin lama akan semakin besar dan semakin kuat seperti pohonyang melindungi kita dari teriknya sinar matahari saat ini. Akarnya pun semakinkuat hingga ia bisa bertahan walau hujan baday telah menerjangnya. Seperti kitasaat ini, semakin kita dewasa akan semakin berat juga beban yang akan kitapikul dan semakin berat rintangan yang akan kita lewati, kuatkanlah akarpenopang hidup kita. Kamu tahu akar hidup kita?
Gadis itu tertegun, dan menggelengkankepalanya sambil terus memperhatikan Rendi yang sat itu bermuka serius.
“hanya satu, yaitu iman, hanya keimanankitalah yang mampu menahan kita dari pasang surut kehidupan. Percayalah, Allahtidak diam, Allah pasti sudah merencanakan hal indah untukmu dan keluargamu.”
Gadis itu tersenyum kepada Rendi,senyuman manisnya membuat jantung Rendi berdegub kencang.
“Benar apa yang kamu katakana. Tuhan mahaadil, pasti kebahagiaan sedang menantiku saat ini, aku harus kuatmenghadapinya, terimahasih atas nasihatmu, kamu telah meringankan beban yangaku pikul saat ini.”
“Ya tentu saja. Selama kamu masihdijalan-Nya dan tidak mengerjakan larangan-Nya, Allah akan senantiasamembimbingmu ke dalam kebahagiaan, mungkin belum waktunya, bersabarlah.”
“Tapi yang ku inginkan hanya satu, yaitukesembuhan ibuku, aku tak bisa membayangkan jika beliau tak ada di hidupku, akurasa aku tak bisa…”
Gadis itu tak melanjutkan perkataannya,hanya tangisannya yang mampu mengartikan perasaannya saat ini.
“Sudah jangan menangis, simpanlah airmatamu untuk kebahagiaan. Ibuku memiliki sebuah butik, kamu bisa bekerjadisana, nanti aku bicarakan pada ibuku, besok siang kamu ke rumahku, tepat disebrang taman ini”
Gadis itu mengangkat kepalanya sambilberkata
“Tapi…”
Belum selesai ia bicara Rendi langsungmemotongnya.
“Sudahlah, ini demi kebaikan kamu danibumu.”
Sejenak mereka bertatapan, gadis itukembali memberikan senyuman manisnya kepada Rendi, Rendi pun membalassenyumannya. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat itu.
                Takterasa satu jam telah berlalu. Gadis yang lima menit lalu bercucuran air matakini tersenyum cerah mengalahkan sang mentari. Sampai detik ini ia tak pernahmeneteskan air mata. Ia berjanji pada mentari pagi juga pada dirinya sendiri. Takkanada satu rintanganpun yang dapat menjatuhkannya, ia akan melawan sinar mataharidan menjalani hari-hari bersama pekerjaan barunya.
Hidup ini keras,tapi akan terasa ringan jika kita menjalaninya dengan ikhlas. Jangan biarkankehidupan mengaturmu, tapi buatlah kamu yang mengatur kehidupan rencanakan halindah yang akan kau lalui, dan lakukanlah.
          “Allahmaha adil, jika kita ada di jalannya.”

Penulis :
Rahmatul Maulida


Tidak ada komentar:

Posting Komentar